tangan-tangan gelandangan
tak pernah diam, tak pernah aman
mereka digoncang, mereka disampah-sampahkan
tangannya kosong
hatinya kosong
akalnya kosong
ilmunya kosong
cakapnya kosong
tangisnya kosong
hingga koceknya rompong
bajunya rabak dan bolong
hulurkan tanganmu akan aku sambut
redupnya bayangmu dipijak si kaki penipu
tangan-tangan gelandangan
duniamu terkongkong dek si celaka
yang cuma mengaut untung
sedang jiwa terdalam meraung melolong
harusnya kecilmu digendong besarmu disanjung
biar suaramu jadi sakti sang agung
lapar itu kejam yang memaksa-maksa
kau meminta-minta disesaknya transportasi kota
kau masih dihimpit
berbumbung langit lantaikan jalanan sempit
tangan-tangan gelandangan
aku heran
apakah senangmu memang tak akan
kasihan si pengemis menghulurkan tangan meminta-minta,tapi hasil pungutan disalurkan kepada sindiket semata-mata.
aku tulis sehari sebelum performasi, sejurus mendengar melodi gubahan Lah Fauzi dan Dion Rangkuty. terima kasih.
silakan, video ada di sini.
Friday, February 18, 2011
Sunday, February 6, 2011
primadona jalanan
waktu-waktu yang mahal,
adalah waktu-waktu menunggu giliran di celahan pekat malam.
gayamu persis primadona--bibir gincu merah segala
lenggok pinggulmu aduh...mempesona.
kau tak pernah hirau
betapa gocoh mereka mencaci
betapa keji kau diseranahi
kau cuma bisa nangis dan nangis lagi.
apa yang kau juangkan?
ayuh kita lari dan terbang, sebelum kau terus diganyang.
"primadona jalanan, apa yang kau juangkan?
bangkitlah dari lena, padamkanlah dosa-dosa"
primadona,
kapan lagi giliranku?
kemiskinan itu tak lama
tapi kenapa kau harus baringan dinoda?
menangislah dalam tawa, asal saja kau tahu
tembok tembok keraton itu takkan selamanya kuning
bintang bintang dilangit takkan selamanya berkelip
bila ribu kedut di muka
bila perutmu berisi nyawa
kau hilang tarif kelas pertama
dan kau jantan gersang,
enak enak saja kau peluk dia, lalu kau katanya sundal
iya...mereka memang sudah jelas dosanya
tapi, apa kau cukup suci untuk ke sorga?
mereka pasti lari dan terbang sebelum kau terus mengganyang.
"ayuhlah, ayuhlah lari dan terbang
kita bebas, menggapai awan gemawan"
primadona,
anak-anak kau benar benar lapar dan rindu
tapi yang kau susukan
cuma bibir-bibir yang giurkan gebu dadamu
nah, halalkan saja tangan-tangan setan
membuka celana
melurutkan semua
menelusuri celahan segala
kalau tak sampai giliranku,
rapatkan kakimu, dekapkan dadamu
jangan biar mereka kangkang depanmu
memanjat-manjat lagi tubuhmu
sampai masa
mereka pasti berlutut depan isteri-isterinya yang menunggu.
kalau kita lari dan terbang, kau takkan terus diganyang.
suara suara, cukup.
bunyi bunyi, cukup.
mereka belum mau berhenti, cukup.
primadonaku sayang,
seka airmatamu
masih ada lagi kan giliranku?
ini tentang kupu-kupu malam, yang menjaja tubuh untuk meneruskan hidup. kita cuma tau caci dan hina mereka, tapi tak pernah cuba selami masalah mereka dan bawa keluar dari persundalan hidupnya.
lagu dicipta dengan rasa ingin memujuk 'primadona jalanan' keluar dari kepompong dosa. terima kasih Lah Fauzi, Dion dan Ika untuk bunyi indah yang kita kongsi.
boleh tonton bunyi performasinya di sisi.
adalah waktu-waktu menunggu giliran di celahan pekat malam.
gayamu persis primadona--bibir gincu merah segala
lenggok pinggulmu aduh...mempesona.
kau tak pernah hirau
betapa gocoh mereka mencaci
betapa keji kau diseranahi
kau cuma bisa nangis dan nangis lagi.
apa yang kau juangkan?
ayuh kita lari dan terbang, sebelum kau terus diganyang.
"primadona jalanan, apa yang kau juangkan?
bangkitlah dari lena, padamkanlah dosa-dosa"
primadona,
kapan lagi giliranku?
kemiskinan itu tak lama
tapi kenapa kau harus baringan dinoda?
menangislah dalam tawa, asal saja kau tahu
tembok tembok keraton itu takkan selamanya kuning
bintang bintang dilangit takkan selamanya berkelip
bila ribu kedut di muka
bila perutmu berisi nyawa
kau hilang tarif kelas pertama
dan kau jantan gersang,
enak enak saja kau peluk dia, lalu kau katanya sundal
iya...mereka memang sudah jelas dosanya
tapi, apa kau cukup suci untuk ke sorga?
mereka pasti lari dan terbang sebelum kau terus mengganyang.
"ayuhlah, ayuhlah lari dan terbang
kita bebas, menggapai awan gemawan"
primadona,
anak-anak kau benar benar lapar dan rindu
tapi yang kau susukan
cuma bibir-bibir yang giurkan gebu dadamu
nah, halalkan saja tangan-tangan setan
membuka celana
melurutkan semua
menelusuri celahan segala
kalau tak sampai giliranku,
rapatkan kakimu, dekapkan dadamu
jangan biar mereka kangkang depanmu
memanjat-manjat lagi tubuhmu
sampai masa
mereka pasti berlutut depan isteri-isterinya yang menunggu.
kalau kita lari dan terbang, kau takkan terus diganyang.
suara suara, cukup.
bunyi bunyi, cukup.
mereka belum mau berhenti, cukup.
primadonaku sayang,
seka airmatamu
masih ada lagi kan giliranku?
ini tentang kupu-kupu malam, yang menjaja tubuh untuk meneruskan hidup. kita cuma tau caci dan hina mereka, tapi tak pernah cuba selami masalah mereka dan bawa keluar dari persundalan hidupnya.
lagu dicipta dengan rasa ingin memujuk 'primadona jalanan' keluar dari kepompong dosa. terima kasih Lah Fauzi, Dion dan Ika untuk bunyi indah yang kita kongsi.
boleh tonton bunyi performasinya di sisi.
Wednesday, February 2, 2011
Janda Baik
untuk aroma sitrus yang
menyentak nafasku
untuk kabus-kabus malam yang
menggebari tidurku
untuk alunan
gelodak jeram yang menenangkan kamar
membikin Januari ini tak terbayar.
kalau kita ketemu nanti,
mau lagikah kau menjamah
aku yang pernah
tewas dipelukanmu?
menyentak nafasku
untuk kabus-kabus malam yang
menggebari tidurku
untuk alunan
gelodak jeram yang menenangkan kamar
membikin Januari ini tak terbayar.
kalau kita ketemu nanti,
mau lagikah kau menjamah
aku yang pernah
tewas dipelukanmu?
Subscribe to:
Posts (Atom)